CARA MEMILIH BAN SEPEDA MOTOR YANG TEPAT

Ban bagi sepeda motor memiliki peran yang sangat penting. Komponen ini tak sekadar menjadi titik tumpuan antara sepeda motor dan beban yang disangga dengan lintasan yang dilalui saja, tetapi juga menentukan kenyamanan saat melaju.

“Ban juga berkaitan erat dengan keamanan dalam berkendara,” tutur Nur Hafidi, mekanik Mardika Motor, Sudimara, Tangerang.
Menurut Hafid, spesifikasi ban yang tidak sesuai dengan karakter motor dan jalanan yang saban hari dilalui menimbulkan ketidaknyamanan. Begitupun bila struktur ban telah aus dan ukiran di permukaan telah habis. “Memiliki potensi menimbulkan kecelakaan,” kata dia.

Oleh karena itu, sebelum mengganti ban sepeda motor dengan ban yang berbeda dengan bawaan pabrik, sebaiknya dipertimbangkan tiga hal. Ketiga hal itu adalah sebagai berikut.

1. Pahami kode yang ada di ban dan kegunaannya 
Pada umumnya, pabrik ban menggunakan dua macam kode, yaitu imperial dan metric. Kode tersebut selain menyatakan dimensi ban, juga menunjukkan bahan serta batas kemampuan ban saat digunakan.

Misalnya, ban berkode 120/90 – 16 67H. Angka 120 adalah ukuran lebar–dalam satu millimeter–ban. Angka 90 menunjukkan persentase perbandingan antara tinggi ban atau dinding bagian samping ban dengan lebar ban.

“Jika tertulis 90 berarti 90 persen dikalikan lebar ban yaitu 120. Hasilnya tinggi dinding ban adalah 108 milimeter,” terang Hafidi.

Adapun angka 16 adalah diameter pelek yang diukur dengan satuan inci. Artinya, ban tersebut disarankan untuk digunakan pada pelek yang berukuran 16 inci. “Bila peleknya lebih besar atau lebih kecil maka akan mengurangi kenyamanan,” tandas Hafidi.

Sementara, angka 67 adalah batas beban maksimum yang bisa disangga oleh ban yang bersangkutan. Untuk mengetahui batas maksimum itu, angka tersebut harus dikalikan dengan load index (LI), yaitu 4,6. Indeks tersebut ditetapkan secara internasional.

Jadi, bila tertera 67 berarti 67x4,6 = 307 kilogram. Itulah, beban maksimum yang masih bisa disangga oleh ban.

“Sedangkan huruf H adalah kode laju kecepatan maksimum kendaraan yang masih bisa ditoleransi oleh ban,” ujar Hafidi.

H berarti ban tersebut sanggup diajak melesat hingga kecepatan 210 kilometer per jam.

Kode ini telah ditetapkan secara internasional dan masing-masing huruf mewakili kecepatan tertentu.
2. Pilih ban sesuai dengan kecepatan berkendara 
Satu hal yang patut dicatat adalah jangan menggunakan ban yang hanya sesuai dengan kecepatan tertentu, misalnya 160 kilometer per jam (kpj), tetapi digunakan untuk kecepatan 200 kpj. Selain tidak nyaman, itu mengundang bahaya.

Kode lainnya adalah Q menunjukkan ban itu bisa dipakai dengan kecepatan maksimum 160 kpj, S untuk 190 kpj dan T untuk 190 kpj.

Masih ada beberapa kode lainnya. Oleh karena itu, konsultasikan dengan ahli, baik mekanik di bengkel yang Anda percaya atau mekanik di toko ban bila Anda berniat mengganti ban bawaan pabrik dengan ban baru.

3. Pilih ban dalam yang sesuai 
Setelah menentukan pilihan ban luar sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan motor Anda, sebaiknya juga memilih ban dalam yang tepat. Ketepatan tidak hanya memudahkan perawatan saja, tetapi juga kenyamanan atau bahkan keamanan Anda dalam berkendara.

Selama ini pabrikan ban memproduksi dua jenis ban dalam berdasar bahan dasar yang digunakannya, yaitu NR singkatan dari Natural Rubber atau karet alam dan Butylethilene yaitu dari bahan senyawa polimer.

Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ban dari bahan karet alam atau NR lebih mudah kehilangan volume angin. Sebaliknya, Butyl lebih tahan lama.

“Dalam waktu seminggu, misalnya tekanan angin di ban NR bisa berkurang 5–6 persen, tetapi Butyl hanya 1–2 persen,” jelas Hafidi.

Ingat, tekanan angin tidak hanya berpengaruh pada tingkat konsumen bahan bakar dan kenyamanan saat berkendara saja, tetapi juga keamanan.

Adapun kelebihan ban NR adalah lebih empuk ketimbang ban dari bahan senyawa polimer tersebut. "Pilihlah ban dalam yang sesuai dengan spesifikasi ban luar. Bila tidak mengerti konsultasikan dengan mekanik," saran Hafidi.

ARIF ARIANTO